Pembelajaran 3: Filosofis Pembelajaran Kontekstual
Landasan Filosofi
Pembelajaran Kontekstual atau CTL
Oleh: Dr. Yonas
Muanley, M.Th.
Landasan filosofi pembelajaran
kontekstual atau CTL adalah konstruktivisme, yaitu sebuah landasan filosofis
yang menekankan bahwa belajar tidak sekedar menghafal. Pembelajaran member peluang
kepada peserta didik untuk mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan
menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan. Filosofis konstruktivisme juga berkorelasi pada
filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey.[1]
Jadi, pengetahuan bukan
merupakan sebuah perangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil
dan diingat. Akan tetapi peserta didik harus difasilitasi untuk mampu mengkonstruksi
ilmu pengetahuan tersebut dan mencari
makna tersendiri menurut keadaan nyata saat atau waktu tertentu.
Berdasarkan pendekatan ini,
peserta didik dilatih dan dibiasakan untuk dapat memecahkan suatu masalah,
menemukan dan menciptakan sesuatu yang lebih penting dalam dirinya. Dengan rumusan
lain, peserta didik perlu berjuang atau berusaha melalui ide-ide yang ia miliki
dibawah bimbingan guru sebagai penanggungjawab yang memberikan arahan dan
petunjuk yang membantu pemahaman peserta didik.
Singkatnya, filosofi pembelajaran
kontekstua atau CTL adalah bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan dan
mengaitkannya dengan keadaan nyata kehidupan sekarang ini, bukan kemampuan peserta
didik untuk menghafal atau menyebutkan suatu teori tertentu. Dalam hubungannya dengan
Pendidikan Agama Kristen, seorang guru PAK bertugas untuk memfasilitasi proses pembelajaran
bagi peserta didik dengan cara:
1.
Menjadikan pengetahuan lebih bermakna
dan relevan bagi peserta didik.
2.
Membuka atau memberi peluang kepada peserta
didik untuk mencari sendiri dan menerapkan idenya sendiri dalam suatu keadaan
nyata.
3.
Mengingatkan dan mengarahkan anak didik
supaya menerapkan strategi sendiri dalam belajar secara menyenangkan dan menguntungkan.[2]
Dengan
demikian pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman
berkembang semakin dalam dan semakin kuat, apabila selalu diuji dengan
pengalaman yang baru. Ditandai bahwa sebuah filosofi belajar yang menekankan
pada pengembangan minat dan pengalaman anak didik.
Comments
Post a Comment