Pelajaran 5: Strategi Pembelajaran Kontekstual


Strategi Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Oleh: Dr. Yonas Muanley, M.Th.

Add caption
Dalam pembelajaran dengan pendekatan apapun, termasuk pendekatan  CTL terdapat tiga komponen sebagai pemegang peran, yakni pendidik, peserta didik, dan kurikulum yang menjadi kepedulian keduanya, yaitu kepedulian pendidik dan peserta didik (siswa, warga belajar, peserta latihan). Pendidik dengan penamaan lain baginya seperti pamong belajar, pembimbing, dan pelatih atau widyaiswara, adalah sebagai pemegang utama dalam stiap strategi kegiatan pembelajaran.
Strategi kegiatan pembelajaran dapat ditinjau berdasarkan pengertian secara sempit dan pengertian secara luas. Secara sempit, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan secara luas, strategi pembelajaran dapat diberi arti sebagai penetapan semua aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk di dalamnya adalah perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses, hasil dan pengaruh kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan kegiatan yang diitimbulkannya, strategi pembelajaran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik. Strategi pembelajaran yang berpusat pad peserta didik adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Strategi ini menekankan bahwa peserta didik adalah pemegang peran dalam proses keseluruhan kegiatan pembelajaran, sedangkan pendidik berfungsi untuk memfasilitasi peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memiliki beberapa ciri. Ciri tersebut adalah bahwa pembelajaran menitikberatkan pada keaktifan peserta didik, kegiatan belajar dilakukan secara kritis dan analitik, motivasi belajar relative tinggi, pendidik hanya berperan sebagai pembantu (fasilitator) peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar, memerlukan waktu yang memadai (relative lama), dan memerlukan dukungan sarana belajar yang lengkap. Ciri lainnya adalah bahwa strategi pembelajaran ini akan cocok untuk pembelajaran lanjutan tentang konsep yang telah dipelajari sebelumnya, belajar dari pengalaman peserta didik dalam kehidupannya, dan untuk pemecahan masalah yang dihadapi bersama dalam kehidupan.
Strategi pembalajaran ini memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Keunggulannya adalah pertama, peserta didik akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena peserta didik diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi. Kedua, peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketiga, tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran sehingga akan terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara peserta didik. Keempat, dapat menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi pendidik karena sesuatu yang dialami dan disampaikan peserta didik mungkin belum diketahui sebelumnya oleh pendidik. Adapun kelemahannya antara lain:
(1).  membutuhkan waktu yang relative lebih lama dari waktu pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, (2). aktivitas dan pembelajaran cenderung akan didominasi oleh peserta didik yang biasa atau senang berbicara sehingga peserta didik lainnya lebih banyak mengikuti jalan pikiran peserta didik yang senang berbicara, dan (3) pembicaraan dapat menyimpang dari arah pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.[1]
Strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan terhadap pentingnya aktivitas pendidik dalam mengajar atau membelajarkan peserta didik. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses serta hasil pembelajaran dilakukan dan dikendalikan oleh pendidik sedangkan peserta didik berperan sebagai pengikut kegiatan yang ditampilkan oleh pendidik.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa istilah strategi mengandunmg beberapa makna yang berbeda. Walaupun mempunyai  makna yang tidak selalu sama, ada satu hal sama, ialah setiap  strategi digunakan untuk mencapai tujuan atau sasaraan yang telah dirumuskan.
Menurut Newpan dan Logam strategi strategi dasra dari setiap usaha mencakup empat hal, yaitu:
1.      Mengidentifikasi dan menetapkan jenis dan bobot hasil yang akan dicapai berdasarkan  tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
2.      Memilih pendekatan  yang ampuh (powerfull) untuk mencapai sasaran.
3.      Menetapkan rangkaian langkah-langkah mulai dari kegiatan awal sampai pada kegiatan akkhir mencapai sasaran.
4.      Menetapkan tolak ukur yang baku untuk mengukur keberhasilan usaha.[2]
Dari pendapat di atas, penulis mendefinisikan bahwa strategi merupakan pola umum  perbuatan guru PAK dan peserta didik dalam proses belajar-mengajar, strategi mengacu pada karakteristik rentetan perbuatan antara guru PAK dengan peserta didik secara berkesinambungan dan memberi nilai yang bermakna.
Rumusan lain dikemukakan oleh Dick dan Carey, bahwa strategi mencakup komponen-komponen umum dari suatu perangkat bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang digunakan peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.[3] Selanjutnya Robert Gagne dan Biggs, mengatakan ada Sembilan strategi pembelajaran yang dilakukan, yaitu:
1.      Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa
2.      Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa
3.      Mengingatkan kompetensi prasyarat
4.      Memberikan stimulus (rangsangan)
5.      Memberikan petunjuk belajar (cara mempelajari pelajaran).
6.      Merangsang timbulnya penampilan siswa.
7.      Memberikan  umpan balik  mengenai  penampilan siswa.
8.      Menilai penampilan siswa
9.      Menyiapkan petunjuk dan strategi untuk mengulang.[4]
Berdasarkan pendapat di atas, penulis melihat dewasa ini ada kecenderungan berpikir bahwa peserta didik akan lebih baik belajar jika lingkungan diciptkan secara alamiah, dan belajar juga lebih bermakna jika peserta didik mengalaminya langsung.
Selanjutnya Wina Sanjaya mengatakan ada lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL yaitu:
1.      Dalam CTL pembelajaran merupakan  proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (aktiviting Knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah penegtahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2.      Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (arquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan  mempelajari secara keseluruhan, kemudian baru secara detail.
3.      Pemahaman  pengetahuan (understanding knowledge) artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, tetapi untuk dipahami dan diyakini.
4.      Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman (applying knoeledge), artinya pengetahuan dan pengalaman  yang diperoleh harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5.      Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi[5].
Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan  kegiatan, cara mengorganisasi materi pelajaran  dan peserta didik, peralatan, bahan dan sumber, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan atau ditetapkan.
Berkaitan dengan pendekatan CTL yang merupakan proses pendidikan dan bertujuan membantu peserta didik melihat makna apa yang terdapat dalam bahan pelajaran  dan menghubungkannya dengan konteks kehidupan dimana berada. Maka strategi pendekatan CTL tidak terlepas dari azas-azas atau ketujuh komponen yang telah diuraikan sebelumnya. Selain itu, strategi pendekatan CTL memiliki karakteristik sebagai tujuan yang saling terkait, yaitu:
1.      Kerjasama
2.      Saling menunjang
3.      Menyenangkan, tidak membosankan
4.      Belajar dengan bergairah
5.      Pembelajaran terintegrasi
6.      Menggunakan berbagai sumber
7.      Siswa aktif mencari dan mewujudkan
8.      Sharing dengan teman
9.      Siswa kritis, guru kreatif
10.  Dinding kelas dipenuhi dengan karya anak didik, peta, gambar, artikel dan lain-lain
11.  Laporan kepada orangtua, bukan hanya rapor, tetapi hasil karya anak didik, laporan praktikum, dan karangan lain.[6]
Keterpaduan semua kegaiatan yang dirancang oleh guru PAK dan upaya atau kegiatan yang diciptakan oleh peserta didik merupakan strategi pendekatan CTL. Melalui rancangan dan keterlibatan secara langsung oleh guru PAK dan peserta didik, tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Sebagai perbedaan dan perbandingan dalam pembelajaran contekstual, maka berikut ini dipaparkan perbedaan antara pembelajaran tradisional dengan pembelajaran kontekstual yang dibuat oleh Prof. Dr. Sri Anita sbb:
No
Tradisional
CTL
1
Anak didik adalah penerima informasi secara pasif
Anak didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
2
Anak didik belajar secara individu
Anak didik belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi
3
Pembelajaran sangat abstrak
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan
4
Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan

Perilaku dibangun atas kesadaran diri
5
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman
6
Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor
Hadiah untuk perilaku baika adalah kepuasan diri
7
Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut pada hukuman
Seseorang tidak melakukan yang jelek karena sadar hal yang keliru dan merugikan
8
Bahasa diajarkan dengan pendekatan structural, rumus diterangkan sampai paham, kemudi
Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif
9
Rumus atau konsep ada diluar diri anak didik, yang harus diteranagkan, diterima, dihafalkan dan dilatihkan
Pemahaman konsep atau rumus dikembangkan atas dasar schemata yang sudah ada dalam diri anak didik
10
Rumus atau konsep adalah kebenaran absolute (sama untuk semua orang). Hanya ada dua kemungkinan yaitu pemahaman salaah dan benar
Pemahaman rumus itu relative berbed antara anak didik yang satu dengan yang lainnya, sesuai dengan schemata anak
11
Anak didik secara pasif menerima konsep atau kaiadah (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal), tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran
Anak diik menggunakan kemampuan berpikir kristis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggungjawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan emmbawa schemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran

12
Pengetahuan adalah penangkapan serangkaian fakta, konsep atau hokum yang berada di luar diri manusia

Pengetahuan yang dimiliki manusia, dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara member arti dan memahami pengalamannya

13
Kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan final

Pengetahua itu tidak bersifat stabil, selalu berkembang

14
Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
Anak didik diminta bertanggungjawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran meeka masing-masing

15
Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman anak didik

Penghargaan terhadap  pengalaman anak didik sangat diutamakan

16
Hasil belajar diukur hanya dengan tes

Hasil belajar diukur hanya dengan tesHasil belajar diukur dengan berbagai cara, yakni saat proses bekerja, hasil karya , penampilan, rekaman, tes, dan sebagainya
17
Pembelajaran hanya terjadi di kelas
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting
18
Sanksi adalah hunuman dari perilaku jelek

Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek
19
Perilaku baik berdasar dari motivasi ekstinsik (dari luar)
Perilaku baik berdasar dari motivasi instrinsik (dalam diri)
20
Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukannya. Kebiasaan ini dilakukan dengan haiah yang menyenangkan
Seseorang berperilaku baik karena dia yakini itulah yang baik dan bermanfaat[7]






[1] Agus Gerrad Sendek dan Nurhadi, Pendekatan Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK (Malang : Universitas Negeri Malang, 2003), hlm. 20
[2] PH. Suripatty, Strategi Belajar Mengajar PAK, (Jakarta: DEPAG Direktorat Jenderal BIMAS Kristen, 2003), hlm. 2-3

[3] Ibid, hlm. 3
[4] Ibid

[5] Wina Sanjaya, Op.Cit.
[6] Depdiknas, OP. Cit, hlm. 20
[7] Sri Anita, Materi Suplemen Pelatihan Applied Aproach (Ancangan Aplikasi) (Surakarta : UNS, 2008), hlm. 22 -35

Comments

Popular posts from this blog

Pembelajaran 3: Filosofis Pembelajaran Kontekstual

Pelajaran 2: 7 Komponen Pembelajaran Kontekstual

Pelajaran 1; Konsep Dasar Pembelajaran Kontestual